Oleh Budi Sujati Bandung Raya adalah wilayah yang meliputi daerah Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kota Cimahi dan Kota Bandung. Di Kabupaten Bandung, ada beberapa kecamatan yang dikenal oleh masyarakat sebagai Bandung Timur yang meliputi: kecamatan Majalaya, Nagreg, Cicalengka, Cileunyi, Ciparay, Pacet, dan Kertasari. NU sebagai organisasi (jamiyah) Islam di Bandung Timur, berdiri Pada 17 Januari 1954 yang berkedudukan di Majalaya. Ketua Tanfidziyahnya adalah KH. Amien berdasarkan surat kepolisian Negara Wilayah Ciparay Nomor: 123/B tl No. 36 Majalaya Bandung. Tempat diselenggarakan pembentukannya di Pabrik Sjukur, pada 17 Januari 1954 dengan susunan pengurusnya sebagai berikut: KH. Pahrudin (Rais Syuriyah), KH. Amien (Ketua Tanfidziyah), KH. Haeruman (Ketua I), K. Idjudin (Ketua II), E.Marjana (Sekretaris), K. Ab. Sjukur (Bendahara).
Selama dipimpin oleh KH. Amien, NU cabang Bandung Timur berhasil menjadikan daerah Ciparay, Majalaya, Cicalengka menjadi wadah persatuan kyai dan ajengan yang memiliki pesantren. Dengan berdirinya NU, masyarakat umum yang tidak ada background santri juga banyak yang bergabung. NU menjadi wadah pemersatu kyai-santri-masyarakat dengan tujuan bersama berusaha mempertahankan tradisi Ahlussunah Waljamaah di daerah Bandung Timur. Pada periode berikutnya, NU Bandung Timur dipimpin oleh KH. E.Z. Muttaqin, seorang pengusaha sukses. Ajengan Engking menjadikan NU cabang Bandung Timur semakin dikenal oleh masyarakat. Ia tanpa ragu mendanai karena kegiatan-kegiatan NU. Pada 8-9 Maret 1958, Partai NU Cabang Bandung Timur mengadakan perubahan susunan kepengurusan dengan bertempat di Ciparay, di Pabrik milik KH. E.Z.Mutaqin, dengan susunan pengurus sebagai berikut: KH. Muslich (Rais Syuriyah), KH. E.Z.Mutaqin (Ketua Tanfidziyah merangkap bendahara), KH. Haeruman (Ketua I), Idjadji (Sekretaris I), Bakir (Sekretaris 2)
KH. E.Z. Mutaqin adalah salah satu pengusaha kaya pemilik pabrik tenun PT. Jatnika di Ciparay. Semua kegiatan NU di Bandung Timur pada saat ia bantu pendanaannya. Dengan dukungan dana tersebut, para karyawan dan masyarakat sekitar sangat antusias terhadap kegiatan-kegiatan NU. Dengan kepemimpinan KH. E.Z. Mutaqin, NU Bandung Timur semakin berkembang. Pada konferensi cabang tahun 1958, ribuan masyarakat memadati Masjid Agung Ciparay. Mereka ingin menyaksikan secara langsung tablig akbar yang disampaikan oleh KH. E.Z. Mutaqin. Ajengan pengusaha ini merupakan santri KH. Zainal Musthafa Sukmanah. Pada saat peristiwa perlawanan Sukmanah terjadi, ia menjadi lurah santri. Namun Engking muda tidak berada di Sukmanah saat kejadian, karena sedang menjalankan tugas khusus. Menurut KH. Muhammad Ilyas, putera Ajengan Engking, dari hasil pabrik tenun itu dijual oleh ayahnya untuk membiayai pendirian Universitas Nahdhlatul Ulama (UNNU) di kota Bandung yang kelak berganti menjadi UNINUS. Hal itu dilakukan atas intruksi langsung dari KH. Wahab Hasbullah agar di Bandung ada universitas yang dikhususkan untuk warga nadhliyin. Dengan tujuan agar sumber daya manusia NU Bandung bisa bersaing dengan Persis dan Muhammadiyah. Pada saat peresmian UNNU, 30 November 1959, Ajengan Engking mengundang sejumlah Guru Besar, sebagai simbol bahwa proses pendirian kampus NU tersebut tidak main-main, dan bisa menjadi suatu kebanggaan warga NU di Bandung.
Sumber: https://jabar.nu.or.id/sejarah/sejarah-berdirinya-nu-di-bandung-timur-AKOBU